Dosis Pembebanan

Jika ingin didapatkan efek obat segera, maka dosis awal yang besar, dikenal sebagai dosis pembebanan, dari obat tersebut diberikan untuk mencapai MEC yang cepat dalam plasma.Setelah dosis awal yang besar, maka diberikaan dosis sesuai dengan resep per hari.Diagksin, suatu preparat digitalis, membutuhkan dosis pembebanan pada saat pertama kali diresepkan. Digitalis adalah istilah yang dipakai untuk mencapai kadar MEC untuk digoksin dalam plasma dalam waktu yang singkat. Karena struktur kimia dan kerja fisiologisnya, sebuah obat dapat menghasilkan lebih dari satu efek. Efek terapeutik Merupakan respon fisiologis obat yang diharapkan atau yang diperkirakan timbul.Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek terapeutik yang diinginkan.Contoh, perawat memberi kodein fosfat untuk menciptakan efek analgesik dan memberi teofilin untuk medilatasi bronkiolus pernapasan yang menyempit.Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.Contoh, aspirin berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi, dan menurunkan agregasi (gumpalan) trombosit. Efek Samping Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping,baik yang diinginkan maupun tidak. Bahkan dengan dosis yang tepatpun, efek samping terutama diakibatkan oleh kurangnya spesifitas obat tersebut.Dalam beberapa masalah kesehatan, efek samping dapat diinginkan, seperti dryl diberikan sebelum tidur.Efek sampingnya berupa rasa kantuk menjadi menguntungkan.Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat diidenfikasi melalui pantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum).Tetapi untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang di berikan.Untuk obat-obat yang mempunyai batas terapeutik sempit maka batas terapeutik dipantau dengan ketat. Reaksi Merugikan Pada saat-saat tertentu, reaksi merugikandanefek samping kadang-kadang dipakai bergantian. Reaksi yang merugikan adalah batas efek yang tidak diinginkan dari obat-obat yang mengakibatkan efek samping ringan sampai berat, termasuk anafifaksis (kolaps radiovaskuler). Reaksi yang merugikan selalu tidak diinginkan. Efek Toksik Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat diidenfikasi melalui pantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum).Tetapi untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang di berikan.Untuk obat-obat yang mempunyai batas terapeutik sempit maka batas terapeutik dipantau dengan ketat. Reaksi Idiosinkratik Obat yang menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak beraksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat.Contoh, seorang anak yang menerima antihistamin (contohnya Benadryl) menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk. Adalah tidak mungkin memperkirakan klien mana yang akan mengalami respon idiosinkratik. Reaksi Alergi Merupakan respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% sampai 10% merupakan reaksi alergi.Kekebalan tubuh seseorang dapat tersensitisasi terhadap dosis awal obat. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan mengalami respon alergi terhadap obat, zat pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini, obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibodi. Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat.Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat.Contoh, antibiotik dapat menimbulkan banyak reaksi alergi.Gejala alergi yang umum timbul dirangkum pada Tabel 35-4.Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas. Tabel 35-4 : Reaksi Alergi Ringan Gejala Deskripsi Urtikaria Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi; erupsi memilki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat Ruam Vesikel kecil dan meninggi yang biasanya berwarna merah; seringkali tersebar di seluruh tubuh Pruritus Gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama ruam Rhinitis Inflamasi lapisan memberan mukosa hidung; menimbulkan bengkak dan penegeluaran rabas encer dan berair Klien juga dapat mengalami hipotensi berat, sehingga membutuhkan resusitasi darurat.Klien yang memilki riwayat alergi terhadap tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut, dan setelah sadar klien harus mengenakan gelang atau kalung identifikasi, sehingga perawat dan dokter dapat mengetahui klien tersebut alergi terhadap obat tertentu. Toleransi Terhadap Obat Beberapa klien yang menerima obat dalam jangka waktu lama memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk memperolah efek yang sama. Seringkali dosis obat yang diberikan kepada klien harus ditingkatkan untuk memperoleh efek yang sama. Interaksi Obat Interaksi obat terjadi apabila suatu obat memodifikasi obat yang lain. Umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat. Sebuah obat dapat menguatkan atau menghilangkan kerja obat lain dan dapat mengubah absorpsi, metabolism atau pembuangan obat tersebut dari tubuh. Obat dapat memilki efej sinergis atau adiktif apabila dua obat diberikan secara bersamaan.Efek sinergis membuat kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar daripada efek obat bila diberikan secara terpisah.Alcohol adalah depresan susunan saraf pusat yang memilki efek sinergis pada antihistamin, antidepresan, barbiturate, dan analgesic narkotik. Interaksi obat selalu diharapkan.Seringkali seorang dokter memprogamkan terapi obat untuk menciptakan interaksi obat guna mendapatkan keuntungan terapeutik. Contoh, klien yang menderita hipertensi berat dapat menerima kombinasi terapi obat, misalnya diuretic dan vasodilator, yang bekerja bersama menjaga tekanan darah pada kadar yang diinginkan. Respon Dosis Obat Setelah perawat memberi obat, kemudian obat diabsorpsi, didistribusi, dimetabolisasi, dan dieksresi.Semua obat memerlukan waktu yang lama untuk masuk ke dalam aliran darah, kecuali obat yang diberikan secara intravena.Jumlah dan distribusi obat pada kompartemen tubuh yang berbeda berubah secara konstan. Tujuan suatu obat diprogram ialah untuk mencapai kadar darah yang konstan dalam rentang terapeutik yang aman. Dosis berulang diperlukan utnuk mencapai konsentrasi terapeutik konstan suatu obat karena sebagian obat selalu dibuang (dieksresi).Ketika absorpsi berhenti, hanya metabolism, ekskresi, dan distribusi yang berlanjut.Konsentrasi serum tertinggi obat (konsentrasi puncak) biasanya dicapai sesaat sebelum obat terakhir diabsorpsi.Setelah mencapai puncak, konsentrasi serum turun bertahap. Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak dicapai dengan cepat tetapi kadar serum juga mulai turun dengan cepat. Semua obat memilki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperlukan proses ekskresi untuk menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya. Untuk mempertahankan Plateau yang terapeutik, klien harus mendapatkan dosis yang tepat dan teratur.Setelah dosis awal diberikan, klien menerima dosis setiap obat berikutnya ketika dosis sebelumnya mnecapai waktu paruhnya. Dengan cara ini, konsentrasi terapeutik obat yang hamper stabil dapat dipertahankan. Klien dan perawat harus mengikuti penjadwalan dosis yang teratur dan mematuhinya untuk menentukan dosis dan interval waktu pemberian dosis. Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantisipasi efek suatu obat: Awitan kerja obat. Waktu ytang dibutuhkan obat sampai suatu respon muncul setelah obat diberikan. Kerja puncak obat. Waktu yang dibutuhkan obat sampai konsentrasi efektif tertinggi dicapai. Durasi kerja obat. Lama waktu obat bterdapat dalam konsentrasi yang cukup besar untuk menghasilkan suatu respon. Plateau. Konsentrasi serum darah dicapai dan dipertahankan setelah dosis obat yang sama kmebali diberikan. Cara ideal yang digunakan untuk mempertahankan kadar obat yang terapeutik ialah melakukan penginfusan intravena secara kontinu. Cara ini mengeliminasi efek fluktuasi pemberian dosis secara intermiten. Tindaklanjut Tanggung jawab Setelah Pemberian Obat Setelah pemberian obat, perawat masih tetap bertanggung jawab terhadap akibat pengobatan. Tidak jarang terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan hal itu diketahui dari pengamatan hasil atau akibat pengobatan. Pengamatan sesudah pengobatan adalah perawatan yang sangat penting. Selain hasil yang diharapkan, harus pula diamati kemungkinan terjadinya : 1. Efek samping yang tidak diinginkan 2. Gejala keracunan 3. Efek yang menyimpang atau idiosinkrasi 4. Toleransi 5. Resistensi kuman infeksi Dalam mempelajari farmakologi, harus pula setiap kali memperhatikan uraian farmakodinamik obat atau kelompok obat, toksikologi, spesifik dan efek samping setiap obat. Hasil pengobatan maupun efek samping mungkin tampak dengan cepat, tapi banyak obat menunjukkan farmakodinamik dan efek samping setelah beberapa jam hingga beberapa hari. Karena itulah, penting untuk selalu mencatat saat pemberian obat. Sering obat tertimbun dalam tubuh (kumulasi), sehingga baru tampak efek sampingnya setelah beberapa hari. Beberapa kumulasi obat dapat cukup tinggi dan menimbulkan keracunan setelah beberapa hari pengobatan. Karena itu, perawat tidak boleh menganggap pengamatan setelah pemberian obat sebagai kewajiban rutin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar